KUMPULAN BERBAGAI CONTOH STEEL

MISTERI


HANTU TELEPON .  

Ira sudah terkantur-kantuk menunggu telepon dari pacarnya. Namun hingga pukul 11 malam, Hendro nggak juga menelpon. Padahal biasanya, sejak magrib sampai jam segini Hendro bisa 2-3 kali menelpon. Sempat ada keinginan untuk menelpon laki-laki yang bekerja sebagai sopir travel itu. Namun Ira mengurungkan niatnya. Ada tembok penyekat yang menghalangi niatnya itu.
Akhirnya telepon genggam Ira berdering. Saat itu jam di HP menunjukkan pukul 12 kurang dikit. Di layar HP tertulis nama Cay (panggilan sayang Ira pada Hendro). Ira pun mengangkat HP dan….
“Selamat malam sayang…”
Ira terlonjak. Itu bukan suara Hendro. Ia hafal benar suara kekasihnya.
“Si..siapa ini?” tanya Ira.
“Lihatlah layar Hp kamu…”
Reflek Ira melihat layar Hp dan spontan memekik histeris. Di layar Hpnya muncul gambar mirip Hendro namun dahinya mengeluarkan darah kental, biji matanya keluar sementara hidungnya hilang, tinggal lubang menganga yang terus mengeluarkan nanah. Padahal jika sedang berdua, Ira paling suka memencet-mencet hidung itu. BERSAMBUNG...  
Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu

HANTU TELEPON (II) 

Ira akhirnya pingsan. Namun tidak ada satupun orang yang mengetahuinya. Maklum, Ira tinggal di mes pabrik dan malam itu kawan-kawannya sedang kerja shift malam. Ira baru siuman ketika hari sudah siang dan pintu kamarnya ada yang menggedor-gedor. Terlebih ketika ada yang menyiram air dari kaca jendela.
“Katanya semalam-kamu mekik-mekik sendiri. Tukang sate yang kebetulan lewat mendengar ada suara orang memekik-mekik tapi tidak berani mendekat. Tadi pun pintunya sudah kami gedor-gedor puluhan kali tetapi kamu tetap tidak bangun, makanya kami siram air,” ujar Ica memberi alasan mengapa sahabatnya itu sampai disiram air.
Ira langsung ingat kejadian semalam. Ia kemudian mencari Hpnya dan menemukannya di lantai, agak jauh dari tempat tidur. Rupanya semalam ia sempat melemparkan Hp itu. Dengan bulu kuduk merinding, Ira membalik Hp itu dan melihat layarnya. Aneh, gambar seram semalam sudah tidak ada. Kini di layar HP hanya ada gambar dirinya yang tengah memeluk Hendro.
Ada apa Ira?”
Ira menggeleng. Namun setelah didesak, Ira akhirnya menceritakan kejadian semalam.
“Coba sekarang kamu telepon Hendro…” saran Tara.
“Aku tidak berani,” jawab Ira lemah.
“Kenapa? Ada apa sebenarnya? Kamu selalu menyembunyikan soal hubunganmu dengan Hendro. Ada apa sebenarnya?”
“Hendro sudah punya istri…”
Bola mata Ica dan Tara hampir terlempar dari sarangnya saking terkejutnya. Namun ketika hendak mendesak Ira, mereka tidak enak hati. Kondisi Ira sangat memprihatinkan. Tubuhnya sangat lemah dan wajahnya pucat-pasi.
“Ya, sudah kamu istirahat saja. Ngga usah kerja dulu. Biar nanti saya ijinkan sama supervisormu,” kata Ica.  BERSAMBUNG ...   Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu


HANTU TELEPON (III)

Hingga malam Ica tak juga habis mengerti bagaimana Ira bisa berhubungan dengan laki-laki yang sudah bersuami. Ketika jam istirahat, sekitar pukul 12.10 malam Ica pulang ke mes. Di samping mau mengambil pembalut karena tiba-tiba datang bulan, Ica juga ingin menengok sahabatnya. Kamar mes Ica dan Ira memang bersebelahan. Satu kamar mes diisi dua orang, Ica tinggal bareng Tara, sementara Ira berdua Titis. Namun saat ini Titis tengah cuti sehingga Ira praktis tinggal sendirian.
Sebagai sesama perantau, hubungan Ica , Tara dan Ira sangat dekat. Bagaimanapun mereka jauh dari keluarga sehingga sahabatlah yang menjadi tempat bergantung dan berkeluh-kesah ketika ada masalah. Sebenarnya Ica tadi mau ijin tidak masuk kerja untuk menemani Ira, yang masih shock. Namun Ira melarangnya karena tidak ingin temannya berkorban terlalu banyak.
Ica merasa suasana mes malam ini sangat sepi. Para penghuninya yang kebetulan shift siang sudah pada tidur karena besok harus bangun pagi untuk bekerja. Sementara mereka yang masuk malam, pasti enggan pulang karena jarak mes dengan pabrik cukup jauh. Kalau tidak ada kebutuhan yang benar-benar mendesak, jam istirahat kerja pasti dimanfaatkan untuk tidur di kantin atau sekedar ngobrol dengan teman-temannya, daripada pulang ke mes.
Mes ini mampu menampung sekitar seribu pekerja. Namun bangunan kayu lantai II itu cukup seram karena minimnya penerangan. Mes ini terbagi dalam beberapa bangunan yang mempunyai tipe sama. Pembedanya hanya pada penamaan seperti Blok A, B, C dan seterusnya. Ica sempat merinding ketika melewati mes A. Tahun kemarin di blok ini ada karyawan perempuan yang tewas gantung diri usai diperkosa oleh lima orang yang tengah mabok. Akibat rasa malu yang tak terkira, gadis manis itu memilih jalan pinta lewat seutas tali. Ica pernah mendengar, pada malam-malam tertentu sering terdengar suara perempuan yang meminta tolong diselingi tawa yang menyeramkan.
Ica sedikit mempercepat langkahnya. Tiba di ujung Blok A, ia merasa ada yang mengikutinya. Namun ia tidak berani menoleh. Ia hampir melompat ketika tiba-tiba handphonenya berdering.  Setelah menghela nafas panjang, Ica mengambil Hpnya dari saku baju di bagian dada. Sialan, umpat Ica ketika melihat nama Tara. Ngaget-ngagetin orang saja!
Ada ap…aa….” Ica tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Di ujung telepon genggamnya ia mendengar suara rintihan. Tapi bukan suara Tara.
“Ngga usah meledek,” bentak Ica setelah berhasil mengatur nafas. Bulu kuduknya berdiri.
“Hihihi…coba kamu lihat ke belakang. Saya yang menelpon kamu,” kata suara di seberang HPnya.
Perlahan Ica menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke belakang. Namun ia tidak sempat benar-benar menoleh ke belakang karena ketika kepalanya tengah berputar, jidatnya hampir menyentuh kepala perempuan dengan wajah pucat pasi. Bahkan hidung Ica pun bersentuhan dengan hidung perempuan itu.
“Wuaaaaaaaaaaaaah……tolooooooooooooong…!!!” jerit Ica sekuatnya.
Ica berusaha untuk lari menjauhi sosok itu, namun tidak berhasil. Sosok itu menempel di bahu kirinya. Ica semakin ketakutan karena sosok itu tenyata hanya kepala berambut panjang, tanpa badan, tangan dan kaki. Darah yang terus menetes dari ujung bibir perempuan itu pun membasahi baju kerja Ica. BERSAMBUNG ... 
Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu


HANTU TELEPON (IV)
Dengan sisa-sisa tenaganya, Ica berusaha melawan rasa takut.  Ditepisnya kepala wanita tanpa anggota badan lainnya itu. Namun usahanya sia-sia. Semakin kuat ia menepis, semakin kuat pula kepala itu menempel di pundaknya. Ica kini merasa sendi lututnya copot sehingga ia tidak kuat lagi berlari.
“Tolooooong….tolooooong….” pekiknya dengan suara tercekat.
 Ica berusaha mengumpulkan tenaga agar dirinya tidak jatuh. Kepala perempuan itu kini mulai mengeluarkan suara rintihan seperti orang menahan sakit. Hantu itu menangis! Namun yang keluar dari kedua matanya bukan air, melainkan darah segar!
“Tolonglah aku…. Aku sudah tidak kuat hidup dengan kepala saja….” kepala perempuan itu bersuara. “Aku pengin bikin nasi goreng tapi tidak bisa karena tidak punya tangan….”
Ica memekik sekuatnya. Ia heran mengapa satpam mes yang biasa keluyuran di sini sekarang sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Padahal sudah bukan rahasia lagi jika setiap malam satpam-satpam itu rajin menyambangi mes Blok A, B dan C- mes khusus karyawan perempuan, sambil mengintip. Beberapa karyawan pernah memergoki satpam-satpam itu tengah asyik mengintip karyawan perempuan yang sedang tidur. Ketika ditegur, satpam-satpam beralasan sedang menjalankan tugas.
“Kok pake ngintip ke kamar segala?”
“Siapa tahu ada maling atau ada yang masukin cowok ke kamar…” jawab satpam itu dengan enteng. Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu


HANTU TELEPON (V)

Sementara Tara mulai gelisah. Saat itu sudah mendekati jam 1 malam namun Ica belum juga kembali ke tempat kerja. Padahal sebentar lagi alarm tanda kembali masuk kerja berbunyi. Meski tidak lagi menggunakan absensi elektronik seperti saat masuk dan pulang kerja, namun tetap saja para karyawan tidak boleh terlambat. Supervisor tiap-tiap bagian dipastikan sudah berdiri di depan gerbang tempat kerja masing-masing dan siap memberikan skorsing, atau bahkan pemotongan jam kerja, jika ada karyawan yang terlambat masuk.
 Istirahat malam cuma satu jam, dari pukul 12 hingga pukul 1. Sebenarnya tadi Tara sudah melarang Ica pulang ke mes. Beli pembalut di kantin saja, saran Tara. Tapi Ica ngotot mau pulang dulu ke mes untuk mengambil pembalut sekaligus menengok Ira.  Tara pun tidak bisa mencegahnya lagi. Dan akibatnya sekarang Ica terlambat masuk kerja, keluh Tara.
Tara sudah bersiap hendak masuk ke tempat kerja ketika telepon genggamnya berdering. Ia menghela nafas lega ketika membaca nama Ica tertera di layar Hp-nya. Tara memencet tombol hijau, dan…
“Ke sini sebentar,” kata Ica di ujung telepon.
“Kamu di mana?” Tara balik bertanya. Dua kawan di belakangnya yang sama-sama mau masuk ke tempat kerja mengomel karena Tara berhenti tepat di depan pintu sehingga menghalangi mereka. Buru-buru Tara bergeser untuk memberi jalan kawan-kawannya.
“Di WC, kamu ke sini sebentar….”
“Ke kamar mandi? Ngapain? Kamu ke sini saja, sudah mau masuk nih,” tolak Tara.
“Penting banget, cepat ke sini. Aku mau minta tolong,” rengek Ica.
Dengan perasaan kesal, Tara setengah berlari menuju WC pabrik yang berada di dekat tumpukan barang-barang elektronik afkiran. Sebelum dibuang ke tempat sampah, barang-barang afikaran itu disortir lagi karena sering dijadikan tempat untuk menimbun barang curian oleh karyawan yang nakal. Seringkali ada karyawan menyembunyikan tembaga di balik rongsokan barang-barang elektronik tersebut.
Deretan WC umum itu sangat lengang. Tidak ada satu orang pun di situ. Tara celingukan ke sana kemari. “Ica….!” Teriaknya.
Lama tak ada sahutan. Tara mengulang lagi panggilan. Tetap sunyi. Namun ketika Tara hendak berbalik ia melihat Ica sudah berdiri di depannya.
“Ngapain kammmmmuu….” Tara tidak meneruskan kalimatnya. Wajah Ica begitu pucat. Perlahan Tara mendekat dan berusaha menyentuh pundaknya. Namun sebelum tangan Tara sampai di sasaran, kepala Ica jatuh ke lantai. Darah menyebur dari lubang leher tanpa kepala itu.
“Wuaaaaaaoohhhhhhh….” Tara memekik sekuatnya.   
“Tolong aku, pasang lagi kepalaku….” kata Ica. Ternyata kepala itu masih hidup!
Tara pun bimbang; mau lari atau menolong sahabatnya itu. BERSAMBUNG....Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu
    
HANTU TELEPON (VI)     

Melihat Tara bimbang, Ica mulai melakukan serangan.
“Tolonglah aku, Tara…” kata kepala Ica.
“Tidak, kamu bukan Ica…” jawab Tara dengan nada bergetar.
“Kamu tidak percaya sama aku? Benar Tara, aku nih Ica, teman kamu…”
“Kenapa kepalamu copot seperti itu?”
“qiqiqiqiqi……” kepala itu tertawa, riang. “Aku senang aja… Biar tampil beda gitu!”
Tara hampir muntah mendengarnya.Ingin tampil beda sampai mencopot kepala? Hihhh…
“Kenapa kamu masih tidak percaya sih kalau aku nih Ica, teman kamu…?”
“Bukan, kamu bukan Ica. Jangan mendekat…” teriak Tara ketika melihat tubuh dan kepala Ica mulai mendekatinya. Tara mundur beberapa langkah. Namun kepala dan badan yang masih mengucurkan darah segar itu terus memburunya.  Semakin cepat Ica mendekat, semakin cepat juga Tara menjauh.
“Pliss…jangan mendekat…”
“Kanapa Tara? Kamu tidak mau lagi berteman denganku?” kali ini suara Ica terdengar sedih dan memelas.
“Kamu bukan Ica…” Tara mulai menangis. Perasaannya bercampur aduk tidak karuan.
“Tega benar kamu Tara. Coba kamu perhatikan baik-baik tubuh dan kepala saya? Persis Ica kan?”
“Iya, tapi kamu hantu…,” jawab tangis Tara sambil menangis.
“Kapan saya mati? Saya bukan hantu. Aku memanggilmu karena ingin memelukmu. Aku kangen sama kamu. Aku mau minta tolong beliin bakso Mang Edi. Malam-malam begini, enaknya makan bakso kan?”
Tara berteriak sekerasnya. Air matanya semakin deras mengalir. Tubuhnya mulai menggigil. Kini ia tidak mungkin mundur lagi karena sudah tersudut di pojok kamar mandi. Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu

HANTU TELEPON (VII)

Tara memejamkan mata menunggu hantu telepon menerkam dirinya. Tubuhnya bergidik membayangkan tubuh dan kepala mirip Ica yang penuh darah itu memeluk dirinya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Namun ia heran mengapa kini mulutnya seperti tersumbat. Teriakannya terhenti di kerongkongan.
Tara terlonjak ketika ia merasa ada tangan menyentuh pundaknya. Pasti tangan Ica. hihhh...
"Tolong Ca, jangan ganggu aku...." pinta Tara setengah menangis.
Tangan itu semakin keras menepuk pundak Tara. Bahkan kini mulai mengguncang-guncang tubuhnya. Tara pun memekik ketakutan.
"Sudahlah Ca, saya minta maaf kalau ada salah sama kamu..."
"Tara..Tara...kamu kenapa?" 
Bukan suara Ica? Perlahan Tara membuka matanya. Samar-samar dia melihat seorang perempuan berpakaian security.
"Kenapa kamu mekik-mekik di sini? Pura-pura ya? Bilang saja kalau tidak mau kerja," cerosos security itu.
"Ada han...tu. Han...hantu Ica," jawab Tara dengan suara gagap.
"Sudah, jangan menggigau. Cepat kembali ke tempat kerja!" perintah security itu sambil berlalu. Tubuhnya hilang di balik tembok pembatas. Hanya suara sepatunya yang kini terdengar  semakin menjauh. Tinggallah Tara sendiri. Ia sempat celingungkan sebentar. Heran, tubuh dan kepala berdarah itu sudah tidak ada. Kemana perginya? Namun Tara tidak mau menduga-duga. Ia memilih kabur meninggalkan tempat itu sebelum hantu mirip Ica itu datang lagi.
Ketika hendak mencapai tempat kerjanya, sebuah gudang packing, Hpnya berdering. Tara terlonjak saking kagetnya. Lebih kaget lagi ketika membaca nama pemanggilnya: Ira!
Apalagi ini? keluh Tara. Ia teringat cerita Ira soal gambar hantu di layar Hpnya. Ini benar-benar teror! Tara buru-buru mematikan Hpnya dan langsung masuk ke tempat kerja.
"Dari mana kamu? Tahu jam berapa ini?!" sentak Pak Juim, supervisor di bagian packing.
"Maaf, ketiduran..." jawab Tara sekenanya. Kalaupun dia cerita yang sebenarnya, siapa yang mau percaya? Nanti dikira menggigau lagi.
"Kalau sudah tidak mau kerja, bikin surat pengunduran diri! Masih ribuan orang yang antri ingin kerja di sini..."
Mati saja lu! sentak Tara dalam hati. Sejak awal ABG tua itu memang selalu mencari-cari kesalahan Tara. Bukannya Tara tidak tahu jika selama ini Pak Juim berusaha mendekatinya. Biasanya Pak Juim dengan gampang bisa mendekati karyawati di sini untuk diajak kencan. Kalau pun tidak bisa diajak sampai ke hotel, minimal disuruh menemani dia karaoke. Ira salah satu korbannya, meski Ira tidak pernah mengakuinya.
Namun tidak bagi Tara. Ajakan laki-laki tua yang kegatelan itu tidak pernah ditanggapi. Konsekuensinya, Tara tidak boleh membuat kesalahan. Sebab jika ia sampai membuat kesalahan di tempat kerja, sekecil apapun, maka Pak Juim dengan senang hati akan memarahinya sepanjang jam kerja. Bahkan sampai beberapa hari ke depan kesalahan itu masih terus disindir-sindirinya. Benar-benar menyebalkan, keluh Tara.
"Karena kamu terlambat masuk kerja, malam ini kami kerja di bagian mesin pres!" teriak Pak Juim ketika melihat Tara berjalan menuju bagian quality control (QC) yang memang menjadi bagian tugasnya selama ini.  Sebelum dimasukkan ke dalam peti, barang-barang itu harus melewati bagian QC. Sementara bagian pres bertugas mengikat peti berisi barang-barang yang sudah dipak, menggunakan tali nilon yang lumayan besar. Sebulan bekerja di bagian ini, bisa dipastikan telapak tangan akan melepuh karena harus mengoperasikan alat pres yang berat dan sudah berkarat. Umumnya yang kerja di bagian itu karyawan laki-laki.
Tanpa banyak protes Tara menuju ke bagian pres. Lebih baik tanganku kapalan daripada meladeni bandot tua, umpat Tara dalam hati. Namun begitu sampai di bagian pres, Rinto- kepala regu bagian pres, menyuruhnya kembali ke bagian QC.
“Kamu kembali ke bagian QC saja.”
“Tidak apa-apa. Saya bosan dengar ocehan Pak Juim,” tolak Tara.
“Pak Juim sudah pergi,” desak Rinto. Diam-diam Rinto sebenarnya menaruh hati pada gadis dengan rambut sebahu itu. Namun ia tidak berani mengungkapkan. Di mata Rinto, Tara begitu cantik dengan bentuk tubuh proporsional. Bahkan Rinto kalah tinggi. Itu juga yang menjadi penyebab mengapa dia merasa minder untuk mendekati gadis berkulit kuning langsat itu.
“Memang kemana Pak Juim?” tanya Tara.
“Seperti tidak tahu kelakuannya saja. Dia tadi SMS saya. Katanya mau keluar sebentar. Saya disuruh menggantikan tugasnya,” jelas Rinto.
Tara mengangkat bahu dan segera kembali ke bagian QC. Kepalanya masih terasa pusing. Ia ingin pulang tapi tidak berani. Di mes tidak ada siapa-siapa. Ica pasti sudah kembali ke tempat kerjanya di bagian produksi. Atau malah sudah benar-benar menjadi hantu! Membayangkan hal itu, bulu kuduk Tara kembali berdiri. BERSAMBUNG...Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu


HANTU TELEPON (VIII)   

Hati Pak Juim tengah riang gembira. Pertama, dia berhasil memarahi Tara. Cewek sok itu harus tahu kalau nasibnya ada di tanganku, kata Pak Juim dalam hati. Namun yang lebih mengembirakan lagi, telepon dari Ira. Tadi Ira menyuruhnya datang ke mes. Pucuk dicinta kencanpun tiba! Sambil berdendang lagu Iwak Peyek yang musiknya dijiplak Trio Macan dari lagu klub sepakbola West Ham United Inggris dan Galatasaray Turki, laki-laki yang sudah berumur 50-an tahun itu bergegas menuju ke mes putri. Sebenarnya, laki-laki dilarang masuk ke mes A dan B, mes khusus putri. Tapi Pak Juim sudah mengenal semua satpam di sana dan tahu bagaimana caranya agar bisa masuk. Dua bungkus rokok sudah cukup untuk satpam-satpamitu agar mau membukakan pintu gerbang mes putri.
Telepon genggam Pak Juim kembali berdering ketika ia tiba di mes A. Pak Juim tersenyum. Dulu pura-pura menolak sekarang gantian ngejar-ngejar. Padahal baru dua kali mereka berkencan. Dasar perempuan, kata Pak Juim dalam hati. Kini ia bertambah riang. Senyumnya semakin lebar ketika ia memencet tombol ‘yes’ di Hpnya.
“Halo sayang….Abang sudah dekat mes kamu. Sabar dikit ya?” katanya.
Tidak ada jawaban dari ujung telepon.
“Waduh, kok tidak dijawab? Jangan marah dong sayang…Abang tadi sibuk. Banyak karyawan yang bandel, suka curi-curi jam kerja….”
Belum juga ada sahutan. Suasana di ujung telepon begitu sepi. Tidak ada suara sama sekali. Pak Juim memeriksa sinyal Hpnya; penuh.
“Halo…halo….!”
Pak Juim memutuskan hubungan. Namun belum sempat ia menghubungi nomor Hp Ira, Hpnya kembali berdering.
“Halo sayang, kenapa tidak ada suaranya?”
Layar Hp Pak Juim mulai berkedip-kedip. Tidak lama kemudian muncul foto Ira yang cantik sambil tersenyum. Namun perlahan wajah Ira berubah. Pertama hidungnya patah ke bawah, seperti patah. Darah mengucur deras dari lubang hidungnya. Setelah itu dahinya terbelah. Ribuan ulat bercampur nanah keluar dari lubang dahinya. Terakhir kedua bola mata Ira copot, meninggalkan lubang kelam seperti tanpa dasar.
Pak Juim terkejut melihat perubahan wajah Ira. Namun ia berpikir itu hanya lelucon. “Ayo sayang, jangan nakut-nakutin begitu. Abang tidak mungkin takut,” kata Pak Juim.
“Hihihihi…sekarang kamu lihat aslinya,” jawab hantu mirip Ira itu. Ketika berbicara, mulutnya mengeluarkan cacing yang sangat banyak sehingga suaranya tidak jelas.
“Ma..na..na…” Pak Juim mulai tergagap. Gambar di layar Hpnya kini sudah tidak lagi mirip Ira lagi.
“Lihat di belakangmu…!”
Perlahan Pak Juim memutar kepalanya. Di belakangnya berdiri sosok yang tidak asing lagi: Ira. Pak Juim sudah hampir mendekat ketika mendadak wajah Ira berubah seperti pada layar Hp tadi. Bahkan kini anggota tubuhnya mulai lepas satu persatu. Dimulai dari kepalanya, kemudian kedua tangannya dan diakhiri dengan kedua kakinya. Masing-masing anggota tubuhnya kini bergerak sendiri-sendiri. BERSAMBUNG...Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu
 

HANTU TELEPON (IX)

Pak Juim mundur beberapa langkah. Nyalinya mulai menciut. Selama ini dia tidak percaya ada hantu. Ketika ada yang cerita soal hantu, Pak Juim selalu menganggapnya sebagai lelucon yang tidak lucu. Tidak ada orang yang sudah mati lantas hidup lagi hanya untuk menakut-nakuti, bantah Pak Juim setiap kali berdebat soal hantu dengan teman-temannya.
Namun sekarang Pak Juim berhadapan sendiri dengan sosok yang sangat menyeramkan. Tubuh Pak Juim pun menggigil. Kakinya terasa lemas.
 “Ha..ha..han…tuuu! Ada han…tu!,” teriaknya. Namun teriakan itu hilang ditelan lorong-lorong mes yang lengang.
Dalam satu gerakan kilat, anggota tubuh hantu itu kembali menempel di tempatnya. Tidak ada bekas yang tertinggal kecuali darah yang masih menetes dari lehernya; membasahi baju putih yang dikenakan hantu itu.
“Tolong..tolong, jangan ganggu saya,” ujar Pak Juim memelas.
“Kamu harus diberi hukuman atas kelakuanmu selama ini,” sentak hantu telepon itu. Kali ini suaranya jelas dan tegas meski mulutnya masih mengeluarkan cacing.
“Apa salah saya?”
Hantu itu tertawa. “Qiqiqiqi… Kamu masih juga berani bertanya salah apa! Berapa perempuan yang sudah kamu tipu dengan rayuan kadalmu? Kamu gunakan kuasa dan uangmu untuk  menodai perempuan-perempuan itu!”
“Tapi…tapi mereka mau…”
Plak! Tamparan yang sangat keras di pipinya memaksa Pak Juim untuk tidak meneruskan bicaranya.
“Mereka tidak mungkin mau kalau tidak kamu iming-imingi duit. Sebagian dari mereka juga terpaksa mau kamu ajak kencan karena tidak ingin kehilangan pekerjaan!”
Pak Juim tidak bisa menjawab lagi sebab apa yang dikatakan hantu telepon itu benar semuanya. Ia mulai berpikir untuk kabur. Namun persendian kakinya terasa lepas sehingga tidak mungkin diajak berlari.
“Sekarang lepas pakaianmu!” perintah hantu itu.
“Lepas? Untuk aaa..pa?”
Plak! Kembali tamparan yang sangat keras mendarat di pipinya. Tamparan itu bahkan lebih keras dari tamparan yang pertama.
“Kalau saya perintah, jangan banyak tanya. Lakukan saja atau kamu akan saya bunuh secara perlahan?!” gertak hantu itu.
Terpaksa Pak Juim menuruti perintah hantu telepon dan mulai mencopot bajunya.
“Celananya..!” perintah hantu itu ketika melihat Pak Juim hanya membuka bajunya. “Jangan sisakan sehelai kainpun di tubuhmu!”
Telanjang bulat di tengah malam yang dingin tentu bukan pilihan terbaik. Namun Pak Juim tidak punya pilihan lain. Perlahan dia mulai melepas seluruh pakaian yang melekat di badannya. Udara dingin langsung menerobos ke tulang sumsumnya. Meski Pak Juim yakin tidak ada orang yang melihat dirinya telanjang seperti ini, namun tetap saja ada perasaan malu. Hanya saja perasaan malu itu kalah oleh rasa takut pada hantu di depannya.
“Mau kamu apakah saya?” tanya Pak Juim dengan suara menggigil.
“Qiqiqiqi….” hantu telepon tertawa. Suaranya renyah. Namun lama-kelamaan tawa itu berubah menjadi lenguhan seperti perempuan sedang bercinta. BERSAMBUNG...Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu
   


HANTU TELEPON (X)     

Esoknya kawasan pabrik itu gempar. Mayat Pak Juim ditemukan dalam keadaan telanjang di parit depan mes A. Sementara Ica ditemukan sekarat di kolong mes B. Setelah mendapat perawatan intensif, kondisi Ica berangsur pulih. Hanya saja sesekali dia terus menggigau soal hantu telepon yang mengejar-ngejarnya. Kondisi Ica baru benar-benar pulih setelah diobati oleh seorang paranormal yang didatangkan dari luar kawasan pabrik.
“Sebenarnya gambar perempuan di Hp-ku waktu itu mirip Titis,” kata Ira setelah selesai Tara bercerita soal hantu telepon mirip Ica. Saat itu mereka berkumpul di resto di tengah kota. Jaraknya lumayan jauh dari kawasan pabrik. Mereka sepakat bolos kerja untuk membahas soal hantu telepon itu di luar kawasan pabrik. Mereka takut jika membicarakan soal itu di dalam kawasan pabrik, hantu telepon itu akan mendengar dan akan kembali mengganggu.
“Kok mirip aku sih?” tanya Titis. Tentu saja ia terkejut karena disangkut-pautkan dengan cerita hantu. Ia  memang tidak tahu apa-apa karena baru pulang dari kampung dan hanya mendengar cerita sepotong-sepotong soal hantu telepon itu.
“Ngga tahu mengapa hantu itu mirip sama kita-kita. Hantu yang ada di teleponku juga awalnya berasal dari panggilan Tara…”
“Malam itu aku tidak menelponmu,” potong Tara. Ia sudah tiga kali mendengar cerita Ica dan itu membuatnya tidak nyaman. Ada kesan Ica menyalahkan dirinya.   
“Sudah jangan berdebat lagi. Sekarang kita harus mencari tahu mengapa hantu itu mengganggu kita melalui telepon?” ujar Ira menengahi.
“Kata Rinto, malam itu Pak Juim mendapat telepon dari kamu sehingga dia datang ke mes putri untuk menemuimu,” serang Tara karena dia merasa Ira selalu membela Ica
“Saya sudah dengar! Jadi kenapa kamu bahas lagi?” balas Ira. Setiap kali disinggung soal itu, Ira pasti marah sebab orang satu pabrik kini jadi tahu jika selama ini diam-diam dia menjalin hubungan asmara dengan Pak Juim. Padahal mereka juga tahu kalau Ira masih menjalin hubungan dengan Hendro. 
“Kalau begitu sekarang kita sepakati dulu kalau hantu itu sengaja meneror kita semua. Jangan hanya menyalahkan saya saja…”
“Siapa yang menyalahkan kamu?” potong Ira.
“Sudah..sudah. Kalau mau pada ribut, mendingan aku pulang saja,” kata Titis.
Ke empat perempuan muda itu terdiam. Cukup lama mereka asyik dengan minuman masing-masing tanpa mengeluarkan sepatah katapun. 
“Saya mau berhenti kerja saja,” kata Ica akhirnya. Suaranya lirih seolah ditujukan kepada dirinya sendiri.
“Jangan bodoh,” sahut Ira. “Jaman sekarang sulit cari kerjaan. Memang kamu mau cari kerja kemana lagi?”
“Saya mau pulang kampung. Saya tidak tahan tiap malam ketakutan…”
“Justru sekarang saatnya kita hadapi hantu telepon itu dan kita cari tahu alasannya mengapa dia meneror kita…”
“Mungkin karena kelakuan kita yang nggak benar sehingga dia menghukum kita,” kata Tara.
Ala…jangan berandai-andai. Omonganmu itu sepertinya hanya ditujukan padaku!” sahut Ira kembali sewot. “Asal kamu tahu saja ya, dari ribuan karyawan di pabrik itu, lebih dari setengahnya punya kelakuan lebih gila dari kita. Tetapi mengapa hanya kita yang diteror?”
“Mungkin besok giliran mereka,” kata Titis ragu. Meski demikian, kalimat itu cukup untuk memaksa ketiga temannya diam.
Sampai sore, mereka tidak lagi berdebat soal hantu telepon itu. Namun ketika hendak pulang ke mes, mereka sepakat untuk tidak menerima telepon pada malam hari meski siapapun yang menelpon.
“Jadi kalau tengah malam ada telepon dari siapapun, termasuk dari kita, jangan diangkat,” tegas Tara. Sebenarnya kalimat penegasan itu ditujukan kepada Ira karena dia yang marah-marah ketika malam itu menelpon Tara namun tidak diangkat. Meski tahu disindir, Ira pura-pura tidak mendengar. Ia takut Tara kembali mengungkit hubungannya dengan almarhum Pak Juim.  BERSAMBUNG...Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu

               
 HANTU TELEPON (XI)

Setelah kematian Pak Juim dan ditemukannya Ica di kolong mes, kabar adanya hantu yang melakukan teror melalui telepon menyebar ke seantero pabrik. Bahkan orang-orang di luar kawasan pabrik pun sudah mendengar sehingga ketakutan menjalar kemana-mana. Kini banyak yang tidak berani mengangkat panggilan telepon malam-malam. Kalau pun terpaksa hendak diangkat karena telepon dari keluarga atau teman dekatnya, maka mereka minta ditemani oleh orang lain seperti yang dilakukan Aminah.
Malam itu, usai berjualan minuman dan makanan kecil di depan pintu masuk pabrik, Aminah bermaksud pulang ke rumah kontrakannya dengan berjalan kaki. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya berjualan. Namun karena sudah hampir jam 01.00 pagi, jalannya cukup lengang. Hanya sesekali saja lewat kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi. Warung jamu Pak Sastro di ujung jalan juga terlihat sepi. Mungkin karena tanggung bulan sehingga jarang orang yang keluar malam.
Baru saja berjalan sekitar 50 meter, telepon genggamnya yang dipegang di tangan kiri bergetar. Aminah sengaja menggunakan modus silent sehingga tidak ada nada dering. Sinar dari Hpnya berkedip-kedip menandakan ada panggilan masuk. Aminah melihat layar Hp dan melihat nama suaminya tertera di situ. Aminah mengernyitkan kening. Bulu kuduknya berdiri. Reflek tangan kanannya mengelus perutnya yang berisi janin berusia tiga bulan.
Tidak biasanya Mas Har, suaminya, telepon malam-malam begini, pikir Aminah. Suaminya baru berangkat kemarin bekerja di luar daerah. Sebagai orang proyek, kerja Mas Har seringkali berpindah-pindah. Mereka berkenalan ketika Mas Har bekerja membangun perluasan pabrik ini, setahun lalu.  Enam bulan pacara, mereka lantas menikah. Namun baru beberapa hari bermulan madu, Mas Har mendapat panggilan kerja ke luar daerah. Kebetulan saat itu pekerjaan membangun pabrik ini sudah selesai. Mas Har pun pulang sebulan sekali. Itu sebabnya Aminah agak terlambat hamil.
Aminah mempercepat langkahnya. Ia tidak berani mengangkat panggilan telepon itu. Ia semakin yakin itu panggilan dari hantu telepon, bukan Mas Har. Sebab jika telepon biasa akan mati dalam tujuh getaran. Ini sudah hampir lima menit, panggilan teleponnya tidak juga berhenti!
“Pak Sastro, numpang duduk sebentar ya?” kata Aminah begitu sampai di kios jamu laki-laki asal Surabaya itu.
“Silahkan, duduk saja selama kamu mau,” sahut Pak Sastro tanpa melepas tatapannya pada layar televisi. Meski membelakangi Aminah, namun Pak Sastro sudah hafal dengan suara perempuan muda yang sedang mekar-mekarnya itu. Meski sudah berusia di atas 50 tahun, namun gairah Pak Sastro masih meledak-ledak setiap kali melihat perempuan muda seperti Aminah. Maklum, ia hidup sendirian setelah ditinggal mati istrinya sejak lima tahun lalu.
“Saya mau numpang menerima telepon dari suami saya,” kata Aminah lagi. Suaranya sangat pelan sehingga Pak Sastro tidak mendengarnya.
Ragu-ragu Aminah melihat layar Hpnya yang masih berkedip-kedip. Tidak ada gambar siapapun di layar Hp itu. Perlahan Aminah menekan tombol ‘yes’ dan menempelkan Hpnya di telinga.
“Halo...” kata Aminah. Suaranya bergetar.
“Halo.. Kenapa lama sekali tidak kamu angkat?” terdengar suara Mas Har sedikit emosi.
“Eh, maaf, ini Mas Har ya?” sahut Aminah cepat. Ada kelegaan pada suaranya.
“Lho..memang namaku di Hp sudah kamu hapus?”
“Bukan begitu. Tadi masih ramai pembeli jadi aku langsung angkat telepon tanpa melihat siapa yang memanggil,” sergah Aminah cepat. 
“Jangan bohong kamu...!”
Glek! Aminah terkejut karena suara Mas tiba-tiba berubah. Dia sudah siap andai suaminya marah. Tetapi suara ini bukan suara Mas Har yang sedang marah, melainkan suara...Pak Sastro!
BERSAMBUNG...Sumber-Majalah Misteri-Yon Bayu




 
     

          





















16 komentar:

  1. terusannya dimana gan gua udah gak sabar

    BalasHapus
  2. Ngeri bgt ceritanya, mungkin malah bakal kebawa mimpi

    BalasHapus
  3. Mau Yang benar-benar bikin kamu merinding ketakutan tapi penasaran ingin baca? kunjungi link ini Cerita Horor

    BalasHapus
  4. seneng ma cerita ny tapi putus di ahir waaallah

    BalasHapus
  5. kapan di lanjutkan gk sabar lagi ni??
    besok aj tanggl 18-3-2017
    plisssa besok

    BalasHapus
  6. Ini mah bukan misteri , ini mah horor

    BalasHapus
  7. Lanjutan nya kapan gan ane gk sabar

    BalasHapus
  8. jangan lama2 y bwt klanjutan crtanya !

    BalasHapus
  9. http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/08/taipanqq-7-alasan-masuk-akal-merasa.html
    http://updatetaipanbiru.blogspot.com/2018/08/taipanqq-bukan-cuma-wanita-pria-bisa.html
    http://taipanpelangi.blogspot.com/2018/08/taipanqq-puting-payudara-nyeri-ini-5.html
    http://taipanpelangi.blogspot.com/2018/08/pemenang-pada-tanggal-26082018-mari.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : E314EED5

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong
    

    BalasHapus