SESUATU yang tak bisa di ungkapkan rasanya begitu
mengecam. Sasa sesal di dalam hati yang diam tak pergi, membawa Aku terpuruk di
kehidupan ini..Mencoba tuk kembali namun itu sulit tuk di jalani. Merenungkan
Dia kini, menggugah haruku berbagai kenangan berganti, masa yang t’lah lalu.
Sebenarnya Aku ingin menggali hasrat untuk kembali, Melukiskan
Dia lagi, di dalam benakku. Persaan ini membuat Aku “GALAU”, membuat otak
pikirku harus berputas. Apa yang harus Aku lakukan? Tak seorang pun memberi
saran! Aku benar benar bimbang.
Ternyata aku memang mencintainya. Setiap malam aku
memikirkan ini, dan sekarang baru aku merasa yakin kalau rasa ini memang hanya
untuknya. Semakin aku mengenalnya, seakan Aku tak bisa lepas lagi darinya. Aku
sangat mengagumi sosok yang begitu sederhana yang ada pada dirinya.
Tetapi apa boleh kata, dia sudah mejadi mulik laki-laki
lain, yang tak lain masih sahabtakau sendiri.
Yah!, alasan
itulah yang selama ini membuatku tak berani meneruskan rasa ini. biarkan Aku
simpan saja dan kan ku bawa rasa ini jauh-jauh ke dasar lubuk hati, dan
berharap waktu pun akan menghapus perasaan yang tak pernah aku sadari.
Matahari sudah mulai meredukan diri di ujung kulon, masih
saja aku belum mendapatkan jawaban yang aku inginkan. Kapan Dia datang? Membawa kabar yang aku
harapkan!
Aku bertanya pada apa yang terlihat di sekelilingku,
hanya sebatang besi mebentang di membelah jalan yang menyabukan desaku dengan
desanya. Sebelumnya kami telah berjaji untuk bertemu di jembatan besi merah.
Aku sendiri sudah menunggu sekian jam, namun dia pun tak
menongolkan batang hidungnya.
Sebelumnya Aku kenal Dewi di tempat sekolah yang di
daerah pigiran kota Purwokerto. Dewi tak
lain merupakan adik kelasku. Ketika itu Aku sedang berjalan untuk pergi ke
toilet untuk menghilangkan jenuh di dalam kelas, seperti bisanya aku selalu
pergi ketika pelajan yang tak Aku sukai.
Seketika itu aku melintas di ruang kelas dimana Dewi
sedang seriusnya mendengarkan Pak guru mengajar Bahasa Indonesia, Aku coba
untuk mengintip dari sela jedela kelasnya.
Add caption |
Dari situ aku melihat begitu Angun! Mempesona! Cantik!,
pokoknya “Perfect”. Ea! jelas dia menjadi bitang idola di sekolahku. Banyak teman laki-laki ku
berlomba untuk mendapatkanya. Dari situ pun aku mencoba untuk andil.
Seketika pulang sekolah Dewi berdiri sediri menunggu
jemputan supir ayahnya, maklum dia anak
kepala desa.
Aku mencoba untuk memberanikan diri untuk berkenalan
denganya.
“Hay! Lagi nunggu jemputan tah?” basa-basiku.
“ia nih! Tuben pak Kur lama” jawabnya.
“Ohh! Pak Kur to
nama supir bapak mu?’
“Ia”
“Ehhh”
“kita belum kenalan, nama kamu siapa?”
“Dewi”
“Nama yang bagus mirip sama yang punya nama!” godaku.
“Aku sendiri Fiar, anak kelas 12 D, kamu sendiri anak
kelas berapa?”
“11 E, udah dulu ia Kak, itu jemputanku sudah datang”
Dewi pun berlari menuju mobil, sebelum dia pergi dia
sempat tersenyum dari jedela mobilnya. Tapi aku merasa ada yang kurang saat
perkelanan tadi. “astaga, aku belum meminta nomor handphone” ucap ku sendiri.
Aku pun terus bergegas melanjukan langkahku untuk segera
sampai di rumah. Di jalan sendri aku terus berpikir kapan Aku bisa bertemu Dewi
lagi dan meminta nomor handphonenya.
Dua hari, tiga hari, sampai dua minggu baru aku bisa bertemu
denganya lagi. Maklum saja aku selalu mengikuti kegiatan extra kulikuler
disekolah, les tambahan. Tau sendiri sebentar lagi aku memasuki ujian Nasional.
Hingga sampai hari yang seperi Aku inginkan. Ketika
bertemu dia lagi saat dia seprti biasanya menunggu jemputan, tanpa basa-basi
aku langsung memanggil Dia”
“Dewi… Dewi…” panggilku.
“Sedang nunggu
jemputan tah” alasan ku.
“Ia seperti bisa” cetusnya.
“Ehhh ada yang aku mau minta nih dari kamu”
“Memangnya apa?”
“Nomor handphone!”
“Waduh Kak aku lupa, sementara aku sendiri tidak bawa handphone”
“Terus gimana nih?”
“Ia dah deh! Nomor Kakak aja sini, nanti aku hubungi”
“Eadah deh nih, kamu catat 085777890xxx”
“Ok! deh kalau gitu! Dah dulu yach itu dah dating pak
Kur”
Sama seperti biasa aku harus menunggu satu, hari dua
hari, seminggu, sapai akhirnya aku pun harus fokus dengan ujian Nasiaonal.
Tapi Aku yang masih ingin tau tentang Dewi, aku mencoba
bertanya pada teman-teman Dewi.
Hingga aku betemu dengan Ani yang tak lain teman sekelas
Dewi, Ani sendiri tetanggaku , saat aku sedang berjalan di dekat sekolahku.
“Ani..Ani..” pangilku
“Ia Kak”
“Kamu kan teman sekelas Dewi, kamu tau gk rumah Dewi?”
“Waduh! Ani kurang pahan sama rumah Dewi Kak!.”
“Ohhh! Gitu yah.. kalau nomor handphone Dewi?
“Gk juga Kak! Emang kenapa sih?”
“Gk apa! Cumin pengin tau aja. Ia dah deh aku pergi dulu
An”
“Ia Ka!k”
“Tapi tolong yah sampaiin ke Dewi kalau aku menunggunya”
“Emangnya menunggu apa sih?”
“Bukan apa-apa dia pasti sudah tau”
“Ea dah deh tar Ani sampaiin”.
Sampai akhirnya aku mendapatkan nomor handphone dari
sahabatkau, yang sama niatnya dengan ku untuk mendapatkan Dewi.
Higga aku dapat menghubungi dia, ku coba meleponnya
berulang kali namun tak pernah ada jawaban. Hingga aku putuskan untuk mengirim
SMS saja.
“hay… Dewi aku Fiar, masih ingat aku gk?” pesanku ke Dewi
Namun sapai beberapa jam tak juga ada balasan. Hingga Aku pun bosan
menunggu.
Sampai ketika menjelang magrib, ada suara dering handphoneku
bertanda ada pesan masuk, aku bergegas mebuka pasan itu, dan aku pun terseyum
ternyata pasan itu dari Dewi, seperti yang kuharapkan.
“Hay! Juga Kak… masih inget kok. Mav yah kalau Dewi lupa
gk SMS Kakak” pesanya.
Aku juga terus mebalasnya. Hingga akhirnya Aku dan Dewi
sering berhubungan melalui handphone, sampai ketika, Aku dan Dewi sepakan untuk
bertemu di sebuah jembatan yang menghubungan atara desaku dangn desa Dewi.
Seperi yang sudah di jandikan aku pun pergi menuju kejembatan yang sudah di
sepakati. Tapi ternyata dia tak menemui ku hingga akhirnya Aku lelah, terlalu
lama menunggu ku putuskan untuk pergi.
Dengan rasa yang selalu mejanggal di Hatiku, Aku mencoba
terus untuk berkomunikasi dengan Dewi tapi apa daya waktu yang mengizinkan,
hingga akhirnya aku pun harus pergi dari sekolah itu setelah selesai ujian dan
mendapatkan Ijazahku. Hingga Aku memutuskan untuk pergi melacong ke provinsi
lain demi mengejar pimpiku.
Purwokerto-
2007
Nama: Sofia Tanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar