KUMPULAN BERBAGAI CONTOH STEEL

Perkenalan Singkat


SESUATU yang tak bisa di ungkapkan rasanya begitu mengecam. Sasa sesal di dalam hati yang diam tak pergi, membawa Aku terpuruk di kehidupan ini..Mencoba tuk kembali namun itu sulit tuk di jalani. Merenungkan Dia kini, menggugah haruku berbagai kenangan berganti, masa yang t’lah lalu.
Sebenarnya Aku ingin menggali hasrat untuk kembali, Melukiskan Dia lagi, di dalam benakku. Persaan ini membuat Aku “GALAU”, membuat otak pikirku harus berputas. Apa yang harus Aku lakukan? Tak seorang pun memberi saran! Aku benar benar bimbang.
Ternyata aku memang mencintainya. Setiap malam aku memikirkan ini, dan sekarang baru aku merasa yakin kalau rasa ini memang hanya untuknya. Semakin aku mengenalnya, seakan Aku tak bisa lepas lagi darinya. Aku sangat mengagumi sosok yang begitu sederhana yang ada pada dirinya.
Tetapi apa boleh kata, dia sudah mejadi mulik laki-laki lain, yang tak lain masih sahabtakau sendiri.
 Yah!, alasan itulah yang selama ini membuatku tak berani meneruskan rasa ini. biarkan Aku simpan saja dan kan ku bawa rasa ini jauh-jauh ke dasar lubuk hati, dan berharap waktu pun akan menghapus perasaan yang tak pernah aku sadari.
Matahari sudah mulai meredukan diri di ujung kulon, masih saja aku belum mendapatkan jawaban yang aku inginkan.  Kapan Dia datang? Membawa kabar yang aku harapkan!
Aku bertanya pada apa yang terlihat di sekelilingku, hanya sebatang besi mebentang di membelah jalan yang menyabukan desaku dengan desanya. Sebelumnya kami telah berjaji untuk bertemu di jembatan besi merah.
Aku sendiri sudah menunggu sekian jam, namun dia pun tak menongolkan batang hidungnya.
Sebelumnya Aku kenal Dewi di tempat sekolah yang di daerah pigiran kota Purwokerto.  Dewi tak lain merupakan adik kelasku. Ketika itu Aku sedang berjalan untuk pergi ke toilet untuk menghilangkan jenuh di dalam kelas, seperti bisanya aku selalu pergi ketika pelajan yang tak Aku sukai.
Seketika itu aku melintas di ruang kelas dimana Dewi sedang seriusnya mendengarkan Pak guru mengajar Bahasa Indonesia, Aku coba untuk mengintip dari sela jedela kelasnya.
Add caption
Dari situ aku melihat begitu Angun! Mempesona! Cantik!, pokoknya “Perfect”. Ea! jelas dia menjadi bitang  idola di sekolahku. Banyak teman laki-laki ku berlomba untuk mendapatkanya. Dari situ pun aku mencoba untuk andil.
Seketika pulang sekolah Dewi berdiri sediri menunggu jemputan supir  ayahnya, maklum dia anak kepala desa.
Aku mencoba untuk memberanikan diri untuk berkenalan denganya.
“Hay! Lagi nunggu jemputan tah?” basa-basiku.
“ia nih! Tuben pak Kur lama” jawabnya.
“Ohh! Pak Kur  to nama supir bapak mu?’
“Ia”
“Ehhh”
“kita belum kenalan, nama kamu siapa?”
“Dewi”
“Nama yang bagus mirip sama yang punya nama!” godaku.
“Aku sendiri Fiar, anak kelas 12 D, kamu sendiri anak kelas berapa?”
“11 E, udah dulu ia Kak, itu jemputanku sudah datang”
Dewi pun berlari menuju mobil, sebelum dia pergi dia sempat tersenyum dari jedela mobilnya. Tapi aku merasa ada yang kurang saat perkelanan tadi. “astaga, aku belum meminta nomor handphone” ucap ku sendiri.
Aku pun terus bergegas melanjukan langkahku untuk segera sampai di rumah. Di jalan sendri aku terus berpikir kapan Aku bisa bertemu Dewi lagi dan meminta nomor handphonenya.
Dua hari, tiga hari, sampai dua minggu baru aku bisa bertemu denganya lagi. Maklum saja aku selalu mengikuti kegiatan extra kulikuler disekolah, les tambahan. Tau sendiri sebentar lagi aku memasuki ujian Nasional.
Hingga sampai hari yang seperi Aku inginkan. Ketika bertemu dia lagi saat dia seprti biasanya menunggu jemputan, tanpa basa-basi aku langsung memanggil Dia”
“Dewi… Dewi…” panggilku.
 “Sedang nunggu jemputan tah” alasan ku.
“Ia seperti bisa” cetusnya.
“Ehhh ada yang aku mau minta nih dari kamu”
“Memangnya apa?”
“Nomor handphone!”
“Waduh Kak aku lupa, sementara aku sendiri tidak bawa handphone”
“Terus gimana nih?”
“Ia dah deh! Nomor Kakak aja sini, nanti aku hubungi”
“Eadah deh nih, kamu catat 085777890xxx”
“Ok! deh kalau gitu! Dah dulu yach itu dah dating pak Kur”
Sama seperti biasa aku harus menunggu satu, hari dua hari, seminggu, sapai akhirnya aku pun harus fokus dengan ujian Nasiaonal.
Tapi Aku yang masih ingin tau tentang Dewi, aku mencoba bertanya pada teman-teman Dewi.
Hingga aku betemu dengan Ani yang tak lain teman sekelas Dewi, Ani sendiri tetanggaku , saat aku sedang berjalan di dekat sekolahku.
“Ani..Ani..” pangilku
“Ia Kak”
“Kamu kan teman sekelas Dewi, kamu tau gk rumah Dewi?”
“Waduh! Ani kurang pahan sama rumah Dewi Kak!.”
“Ohhh! Gitu yah.. kalau nomor handphone Dewi?
“Gk juga Kak! Emang kenapa sih?”
“Gk apa! Cumin pengin tau aja. Ia dah deh aku pergi dulu An”
“Ia Ka!k”
“Tapi tolong yah sampaiin ke Dewi kalau aku menunggunya”
“Emangnya menunggu apa sih?”
“Bukan apa-apa dia pasti sudah tau”
“Ea dah deh tar Ani sampaiin”.
Sampai akhirnya aku mendapatkan nomor handphone dari sahabatkau, yang sama niatnya dengan ku untuk mendapatkan Dewi.
Higga aku dapat menghubungi dia, ku coba meleponnya berulang kali namun tak pernah ada jawaban. Hingga aku putuskan untuk mengirim SMS saja.
“hay… Dewi aku Fiar, masih ingat aku gk?” pesanku ke Dewi
Namun sapai beberapa jam tak  juga ada balasan. Hingga Aku pun bosan menunggu.
Sampai ketika menjelang magrib, ada suara dering handphoneku bertanda ada pesan masuk, aku bergegas mebuka pasan itu, dan aku pun terseyum ternyata pasan itu dari Dewi, seperti yang kuharapkan.
“Hay! Juga Kak… masih inget kok. Mav yah kalau Dewi lupa gk SMS Kakak” pesanya.
Aku juga terus mebalasnya. Hingga akhirnya Aku dan Dewi sering berhubungan melalui handphone, sampai ketika, Aku dan Dewi sepakan untuk bertemu di sebuah jembatan yang menghubungan atara desaku dangn desa Dewi. Seperi yang sudah di jandikan aku pun pergi menuju kejembatan yang sudah di sepakati. Tapi ternyata dia tak menemui ku hingga akhirnya Aku lelah, terlalu lama menunggu ku putuskan untuk pergi.
Dengan rasa yang selalu mejanggal di Hatiku, Aku mencoba terus untuk berkomunikasi dengan Dewi tapi apa daya waktu yang mengizinkan, hingga akhirnya aku pun harus pergi dari sekolah itu setelah selesai ujian dan mendapatkan Ijazahku. Hingga Aku memutuskan untuk pergi melacong ke provinsi lain demi mengejar pimpiku.


                                                                                                            Purwokerto- 2007

Nama: Sofia Tanto





Tidak ada komentar:

Posting Komentar